18
MAY
2020

Koran Jawa Pos - Radar Solo


Jangan Malas Medical Check Up


SOLO BARU, Radar Solo – Hari Diabetes Nasional jatuh pada 18 April. Meski tiap tahun diperingati, namun kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini kurang. Tercatat hanya 25 persen pasien diabetes melitus (DM) datang berobat ke dokter. Sisanya, tidak memeriksakan diri bahkan tidak mengetahui menderita DM.

Dokter di Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru Dr. dr. Soegiarto, Sp.PD-KEMD, FINASIM mengatakan selama ini penyuluhan tentang DM mayoritas melalui radio, penyuluan langsung serta kelompok 2 Persadia yang ada di wilayah Karesidenan Surakarta ,itupun masih belum cukup untuk menyadarkan pentingnya pencegahan diabetes dan masih perlu peningkatan lagi.

“Agar awareness (kepedulian) masyarakat semakin meningkat. Bisa melalui media sosial yang mudah diakses masyarakat,” beber Sugiarto kepada Jawa Pos Radar Solo.

Diabetes mellitus atau kencing manis merupakan penyakit epidemic yang di temukan di seluruh dunia. Penyakit diabetes pertama kali sekitar th 1550 SM. Diabetes mellitus bukan termasuk penyakit menular seperti virus Covid-19 yang bisa menularkan ke manusia satu dengan manusia lainnya dengan cepat, tatapi pada pasien diabetes mellitus perkembangan lambat dan kasusnya bertambah setiap tahunnya. Di Indonesia penelitian RIKESDAS tahun 2018 di ketahui bahwa dalam 5 tahun perkembangan kasus baru pasien diabetes mellitus meningkat sekitar 25 %, berarti ada peningkatan 5% pertahunya. Dengan melihat peningkatan kasus baru tersebut sehingga akan menjadi masalah kesehatan nasional dan dunia, yang apabila tidak segera di cegah mengakibatkan masalah yang semakin meningkat baik di masyarakat dan pemerintah.

Diabetes merupakan nama umum dari penyakit diabetes mellitus yang sebenarnya dari WHO menjadi 4 kelompok penyakit diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe satu, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain dan diabtes gestatasional, dari sekian tipe tersebut yang paling banyak di jumpai di masyarakat adalah diabetes mellitus tipe 2. Tema peringatan hari Diabetes Nasional tanggal 18 April 2020 adalah waspada dan terhindar dari penyakit diabetes. Dengan melaksanakan pencegahan dan pemeriksaan gula darah secara rutin masyarakat bisa terhidar terhadap penyakit diabetes mellitus dan hampir lebih dari 50% penyakit ini dapat di cegah. Seperti kita ketahui banyak pasien diabetes mellitus tidak bisa mengendalikan gula darahnya sendiri dan hanya sekitar 30 % yang bisa mengendalikan gula darah sesuai target, sehingga dengan memperingati hari Diabetes Nasional di harapkan masyarakat bisa menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit diabetes mellitus.

Peran keluarga sangat penting untuk mencegah perkembangan diabetes mellitus. Sudah di ketahui bahwa penyakit diabtes merupakan penyakit metabolic dan sebagian besar akibat polahidup yang tidak sehat seperti kurangnya olah raga, pala makan yang tidak sehat seperti makan karbohidrat dan lemak yang berlebihan.

DM bukan penyakit mematikan. Namun bisa berubah jadi penyakit pembunuh jika terjadi komplikasi. Sugiarto menyebut 70-80 persen pasien DM meninggal dunia lantaran komplikasi sakit jantung. Sisanya komplikasi mata, stroke, bahkan harus cuci darah.

“Penderita DM harus menghindari komplikasi. Agar tidak mengalami komplikasi penyakit stroke, penyakit jantung, atau amputasi kakinya karena luka yang tidak bisa sembuh. Caranya adalah pola hidup sehat dengan makan-makan yang sehat dan olah raga teratur, minum obat atau suntik insulin secara teratur sesuai anjuran dokter agarkadar gula darahnya dapat terkendali dengan baik,” jelasnya.

Seperti kita ketahui bahwa apabila gula darah tidak di kendalikan dengan baik akan menyebabkan beberapa komplikasi seperti kebutaan, amputasi, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, stroke,impotensi dan kematian lebih cepat.

Mitos yang berkembang di masyarakat, terlalu sering minum obat dapat merusak fungsi ginjal adalah tidak semuanya benar. Padahal bagi penderita DM, obat sangat penting untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Sugiarto memaparkan pasien DM sebagian besar mengalami kekurangan hormon insulin. Di mana pada pasien diabetes kelenjar pancreasnya tidak mampu memproduksi hormone insulin yang cukup. Sehingga kemampuan untuk menurunkan kadar gula dalam darah tidak cukup.

“Itulah mengapa pasien DM harus minum obat atau suntik insulin seumur hidup. Tidak boleh malas. Kalau tidak minum obat, gulanya terus tinggi dan menyebabkan komplikasi kemana-mana termasuk serangan jantung dan gagal ginjal. Sehingga anggapan minum obat terus-menerus akan merusak ginjal itu terbalik. Salah kaprah,” tegasnya.

Biasanya, pasien DM yang tidak sabar menjalani pengobatan jangka panjang, beralih ke metode tradisional. Mereka percaya penyakit DM bisa disembuhkan dengan obat-obatan alternatif. Contohnya ramuan jamu. Namun Sugiarto menentang keras jalan pintas tersebut.

“Ada ramuan jamu yang mengandung zat kimia. Bukannya menyembuhkan, malah memperburuk kondisi pasien. Zat kimia ini meracuni ginjal,” bebernya.

Penyakit DM tidak mengenal usia. Siapa pun bisa kena. Terutama usia di atas 40 tahun. Seiring bertambahnya usia, risiko menderita DM tinggi. Selain itu, orang dengan berat badan di atas 80 kilogram (kg) juga berisiko tinggi. Sisanya keturunan genetik.

“Di Hari Diabetes Nasional ini, kami mengimbau masyarakat mulai sekarang rajin medical check up. Periksa gula darah meskipun tidak ada gejala. Terutama yang usianya menginjak 40 tahun, pengidap hipertensi, obesitas, dan memiliki riwayat keturunan penderita DM. Orang yang stres juga beresiko menderita DM, karena stres mengganggu keseimbangan hormonal yang memacu terjadinya diabetes,” tandasnya. (aya/fer)

SHARE TO

SHARE TO