29
DEC
2020
Jawa Pos - Radar Solo edisi Sabtu, 19 Desember 2020
Dengan Pemahaman dalam Pelaksanaan Penanganan Penyakit Darah dan Kanker Kita Cegah dan Basmi Penyakit Covid-19
PENDERITA penyakit hematologi (penyakit darah) dan onkologi medik (pengobatan sistemik keganasan) perlu diwaspadai di tengah pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19). Karena penderita penyakit tersebut lebih mudah terinfeksi oleh virus korona. Dan mengalami gejala yang lebih parah akibat Covid-19. Oleh karena itu, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru dr. Suradi Maryono coba memberikan pemahaman.
Tindakan pencegahan dengan pemahaman dalam bidang penyakit darah dan terapi sistemik keganasan, harus ditangani dengan benar. Supaya pengidap penyakit tersebut tidak sampai terinfeksi Covid-19. Penyakit ini disebabkan oleh virus korona. Virus kelompok SARS-CoV yang dapat menyerang hampir semua sistem atau organ tubuh manusia. Sehingga ada beberapa ahli yang menyebut sebagai penyakit seribu wajah.
Virus ini mempunyai komponen yang dapat masuk ke dalam beberapa sistem tubuh. Terutama paru (saluran napas), jantung, pembuluh darah, dan otak. Juga usus, liver, limpa, ginjal, dan lainnya. Penderita kelompok di atas lebih mudah terserang infeksi dan gejala lebih parah. Terutama orang yang sistem kekebalan imunnya lemah.
Misal penderita hematologi yang meliputi anemia, leukemia akut atau kronis, limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening), multiple micloma (kanker sel plasma darah yang menyerang tulang), polisitemiavera (Hb yang tinggi berlebihan), trombositopenia (kadar trombosit rendah kurang dari 150 mg/L), atau trombositosis (kadar trombosit tinggi di atas 450 mg/L).
Dan juga pada beberapa penderita penyakit keganasan lain. Misalnya kanker payudara, leher rahim prostat, ginjal, usus, dan lainnya. Sedangkan pengobatan penyakit kanker ada yang menggunakan terapi pembedahan, terapi sinar, serta terapi sistemik (kemoterapi). Baik berupa oral maupun infus.
Menurut Suradi, Covid-19 penularannya dari kontak erat dengan penderita. Sering tertular secara tidak terduga. Misalnya dari penderita yang tidak bergejala. Umumnya, Covid-19 dapat menyerang melalui droplet atau percikan, dengan penampang lebih dari 10 mikron lewat batuk atau tersedak.
Tapi, akhir-akhir ini ada beberapa ahli yang mencurigai atau menemukan penu laran lewat aerosol (droplet dengan penampang kurang dari 5 mikron). Bahkan bisa juga lewat udara. Seperti saat penderita berpidato atau menyanyi dengan tidak memakai masker.
Virus korona juga bisa merusak komponen darah penderita. Misal darah merah/hemoglobin, trombosit, dan terjadi gumpalangumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah, paru, jantung, otak, serta organ lain.
Covid-19 menjadi lebih berat jika ada komorbid (penyakit yang sebelumnya sudah ada). Paling sering terdapat pada penderita anemia. Adapun gejala penderita kanker dan penyakit hematologi akan merasakan beberapa gejala, seperti mudah capek dan wajah pucat.
Gejala inilah yang membuat sistem imun menurun. Sehingga mudah terserang Covid-19. Ada yang memiliki gejala ringan selama 7-14 hari, seperti demam, panas, pusing, batuk ringan, dan kehilangan rasa pengecapan. Sedangkan gejala berat berupa sesak napas, nyeri dada, demam tinggi, hingga koma.
Bahkan akhir-akhir ini juga ditemukan gejala delirium (penurunan kesadaran dengan bicara kacau). Virus korona bisa menembus sel-sel otak, sehingga timbul gejala delirium tersebut.
”Terkait hal ini, penatalaksanaannya hampir pada umumnya. Bentuk pengobatannya menjadi double. Seperti pengobatan untuk Covid-19 sendiri, pengobatan untuk kanker, dan darah sendiri. Otomatis begitu karena dua jalur sudah terkena keduanya,” imbuh Suradi.
Terkait pencegahan dini, umumnya seseorang yang memasuki usia kepala empat dianjurkan rajin melakukan general check-up ke rumah sakit. Sebab, jika ada gejala penyakit kanker dan darah, dapat diketahui secara cepat. Sehingga penyembuhannya terjamin.
“Seperti contoh orang dengan kanker leher Rahim. Semula memang penyakit itu tidak ketahuan secara kasat mata. Tapi dengan pemeriksaan Pap smear, penyakit itu akan diketahui. Sehingga diprediksi penyembuhannya dapat maksimal,” tuturnya sembari men jelaskan Pap smear merupakan peng ambilan sampel sel jaringan serviks dengan mikroskop.
Suradi menambahkan, pengidap penyakit darah seperti anemia (kekurangan hemoglobin) dan polisitemia (hemogoblin tinggi berlebihan) harus waspada. Sebab bisa saja akan mengakibatkan penyakit stroke, ginjal, dan jantung mendadak. Jadi, jangan diremehkan. Kekurangan atau kelebihan hemogoblin harus normal dan perlu diwaspadai. Alangkah baiknya selalu medical check-up ke dokter berkaitan.
“Selain itu, pasien kanker dan darah bisa dikemoterapi. Tapi jika disertai Covid-19, lebih baik kemo ditunda dulu. Karena dapat memperberat kondisi tubuh. Jadi, penanganan untuk sementara waktu melalui medical mental. Hingga kondisi normal sebelum melakukan kemo,” paparnya.
Selain itu, saat kemoterapi, kanker padat harus dioperasi terlebih dahulu. Baru kemudian dibolehkan kemo. Karena dikhawatirkan terjadi penyebaran micro metastasis yang tidak terlihat. Sehingga solusinya adalah kemoterapi.
“Hal tersebut memungkinkan agar tidak memperberat kon disi tubuh. Jika disertai Covid-19, alangkah baiknya ditunda dan memastikan virus korona tersebut hilang. Ada pun efek samping dari kemo sendiri, biasa nya disertai muntah dan r a m b u t rontok,” tuturnya.
Suradi menyarankan, seseorang yang mempunyai penyakit penyerta (komorbid) harus hati-hati. Utamakan menjaga jarak 1,5-2 meter, memakai masker secara rutin, cuci tangan memakai sabun, dan lain sebagainya.
“Karena kewaspadaan tidak hanya melalui droplet saja. Akhir-akhir ini, World Health Organization (WHO) menyatakan Covid-19 bisa menyebar melalui aerosol dan udara. Sehingga disiplin 3M dan protokol kesehataan wajib dila kukan,” tegasnya. (ryn/ nik/fer)
Sumber Berita : Jawa Pos - Radar Solo edisi Sabtu, 19 Desember 2020